Tugas 2 Softkill
Nama : M Imam Hidayat
NPM / Kelas : 19112389 / 4KA39
Saya
berumur 25 thn, dan saat ini sedang menjalin hubungan dengan seorang pria yang
perbedaan usianya 8 taun lebih tua dari saya. Kami telah melakukan pacaran
jarak jauh hampir 1 taun, karena saya kerja di Jakarta dan dia kerja di Jogja.
Pertemuan kami pun tidak menentu. Kadang 2 bulan sekali ato bahkan lebih.
Komunikasi kami (telpon, SMS, dan email), Alhamdulillah lancar. Saya sangat
menikmati hubungan ini.. Walo kata orang susah.. namun saya berusaha untuk
menikmatinya. Dan Alhamdulillah hingga saat ini kami belum pernah bertengka Dan
kami berusaha untuk pacaran yang biasa – biasa saja seperti pacaran Islami. Masalah datang dari
keluarga saya orang tua saya kurang menyetujui hubungan kami dengan beberapa
alasan, yaitu pekerjaan, umur, latar belakang keluarga. Mungkin akan saya
jelaskan satu persatu..
- Mengenai pekerjaan
Pacar
saya bekerja di perusahaan leasing, sudah hampir 3 taun, dengan penghasilan
tetap, dan gaji yang lumayan (menurut saya), karena dia sudah bisa membeli
kebutuhannya sendiri. Namun menurut orang tua saya, pacar saya belum mapan.
Karena perusahaannya yang kurang bonafid, tidak memberikan kesejahteraan di
hari tua nanti sperti tunjangan kesehatan, pensiun, dll. Maklum orang tua saya adalah
pensiunan BUMN, dimana sampai saat ini masih mendaptkan pensiun dan dana
kesehatan. Dan juga.. terkadang orang tua saya menyinggung soal gaji. Menurut
mereka.. gaji pacar saya lebih kecil dari saya.. Dan mereka khawatir, jika
suatu saat kami menikah, sayalah yang akan menanggung semua biaya hidup rumah
tangga kami.
Saya sudah membicarakan
masalah ini kepada pacar saya.. Dan dia akan berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik, yang sesuai dengan keinginan orang tua saya. Paling
tidak, pacar saya ingin membuktikan kepada kedua orang tua saya, jika dia akan
bertanggung jawab atas saya.
Namun.. saat saya
mencoba membicarakan hal ini kepada ibu saya.. Ibu saya malah mengatakan “Iya
kapan usaha nya.. kapan suksesnya.. Nanti aja kalo uda sukses baru deket –
deket lagi. Kalo sekarang ga usah deket deket dulu…”
- Mengenai umur
Orang tua saya
mengatakan bahwa pacar saya terlalu tua untuk saya. Bagaimana nanti jika kami
punya anak yang masih keci, dan ayahnya sudah berumur banyak. Yah memang sih..
masuk akal.. Tapi.. apakah iya.. itu merupakan patokan?
- Mengenai latar
belakang keluarga
Seperti yang telah saya
jelaskan sebelumnya, ayah saya adalah pensiunan BUMN. Dan pernah suatu saat,
saya bersitegang dengan kedua org tua saya tentang hal ini… Mereke mengatakan
bahwa saya harus dapat jodoh yang setara. Setara keluarganya dengan kita dan juga
setara pekerjaannya. Terus terang saya tidak pernah mengorek lebih dalam
tentang keluarga pacar saya itu. Karena saya pikir itu privacy keluarga nya
dia. Namun secara garis besar saya tau, karena saya sudah dekat dengan
keluarganya, terutama ibunya. Alhamdulillah. Mereka adalah keluarga yang utuh,
sederhana, dan tidak pernah neko – neko. Memang jika dilihat dari segi materi
orang tua saya lebih dari orang tua pacar saya tapi apa iya itu yang dijadikan
patokan toh keluarga pacar saya adalah keluarga baik – baik.
Pernah suatu hari..
saya mendengar dari sepupu saya.. klo orang tua saya pernah berfikir saya
dipelet
Begitu juga klo saya
pulang ke Jogja, dan pacar saya main ke rumah saya.. Orang tua saya lebih
sering mengabaikan dia. Terkadang dicuekin.. Dan pacar saya bilang kalau dia
merasa tidak nyaman maen ke rumah saya… Namun dia berusaha positif thinking..
dan ingin pelan – pelan mendekati kedua orang tua saya
saya bingung.. di satu
sisi.. saya sayang kepada orang tua saya.. dan saya tidak ingin menjadi anak
durhaka. Kalaupun menikah, saya ingin mendapat restu dari keduanya. Namun di
sisi lain, Pak.. Saya juga sayang dengan pacar saya.. Karena dia sangat
mengerti saya.. saya merasa nyaman saat bersama dia.. Dan dalam diri saya.. ada
keyakinan bahwa dia akan menjadi suami yang baik & bertanggung jawab, serta
ayah yang baik bagi anak – anak kami kelak.
Pacar saya slalu kasi
support kepada saya untuk selalu tetep berusaha dan bersabar. Juga berdoa
kepada Allah untuk minta petunjuk dan dibukakan jalan untuk masalah kami..
kesabaran dan usaha gigih dia yang membuat saya jadi semakin semangat untuk
siap mengarungi bahtera rumah tangga bersama dia.
Tanggapan dan Solusi
Ada banyak sebab
mengapa ortu tidak merestui jodoh pilihan kita. Diantaranya: mereka menyangka
bahwa kebahagiaan kita terletak pada harta yang berlimpah. Untuk menepis
pemahaman yang keliru itu, perlu kita tunjukkan di depan mata beliau bahwa
harta itu tidak mempengaruhi kebahagiaan kita. Perlu kita perlihatkan bahwa
kebahagiaan kita ditentukan olah hal-hal lain, misalnya: cinta, keasyikan dalam
berjuang, ibadah, dll.
Kemungkinan lainnya,
ortu merasa malu bila memiliki menantu yang kurang sederajat. Mungkin mereka
malu bahwa anaknya “tidak laku” sampai-sampai memilih jodoh yang “lebih
rendah”. Untuk menepisnya, hendaknya kita berusaha menunjukkan bahwa pilihan
kita membanggakan, bukan hanya bagi kita, melainkan juga orangtua kita dan
orang-orang dekat kita lainnya.
Intinya, kita perlu
mencari akar permasalahannya sebelum menentukan solusinya. Akar permasalahan
itu biasanya tersembunyi, tidak melalui kata-kata, seperti “merasa malu bila
memiliki menantu yang kurang sederajat”.
Persoalan semacam ini
dapat kita pandang sebagai kesempatan yang diberikan kepada kita supaya kita
meningkatkan kualitas diri kita dalam banyak hal. Dengan demikian, kita menjadi
lebih mampu untuk menghadapi masalah-masalah berat lainnya kelak.
Selain itu, adanya
masalah semacam ini berarti bahwa kita diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk
lebih banyak beramal. Bagaimanapun, kehidupan kita di dunia hanya selama
beberapa puluh tahun. Waktunya teramat singkat bila dibandingkan dengan
kehidupan kita kelak di akhirat: selama-lamanya!
Sementara itu, kita
tidak perlu “memaksa” Tuhan untuk meluluhkan hati orangtua. Lebih baik kita
berserah diri saja kepada-Nya. Biarlah Dia yang menentukan kapan hati orangtua
luluh. Bahkan seandainya luluhnya hari orangtua terjadi di akhirat kelak, itu
pun tidak mengapa. Tuhanlah yang Mahatahu apa yang baik bagi kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar